Monday, February 21, 2011

kau


Kau dengarkan aibku berkali-kali, lalu sebentar saja kau tersenyum, selebihnya kau marahi aku, hingga sumpah aku benar-benar benci. kau bahkan tak peduli.
"sebenarnya dia tidak mau ada yang lain tahu, jangan beritahu ke siappun ya...". selalu.. selalu kau malah menyuruhku diam selepas aku ucap kalimat itu, dan dengan muka datarmu kau alihkan perbincangan. Kau hargai aku dengan menutup telingamu. aku benci waktu itu.

Yogyakarta. 02.2011
sekarang aku cinta caramu membuatku benci waktu itu.

Labels:

cukup jarimu


Pak, masih ingat sama saya, tentunya tidak, tapi saya sangat ingat bapak.

Satu tahun yang lalu saya ikut mencontreng foto bapak, di foto itu bapak gagah sekali. Di kampung saya jarang ada yang seprti bapak. Kata penyiar di TV tetangga bapak yang menang lomba itu. Katanya bapak sah jadi presiden kita.
Pak,
Sebelum saya sampaikan maksud saya, saya ingin bertanya dulu. Benarkan Bapak presiden saya? Kalau iya berarti kita hidup di negeri yang sama berarti ya Pak?
Saya ragu tapi Pak. Makanya saya ingin ajak Bapak ke negeri saya, siapa tahu kita benar beda negara Pak..
Pak
Setahun yang lalu Bapak menjajikan bayak sekali pada kami, soal pekerjaan, soal harga beras, soal harga minyak buat lampu dinding kami juga seingat saya. Tapi ko saya ga merasakan belum lihat ya Pak, atau barangkali saya yang salah lihat pak, maaf sebelumnya
Pak,
Saya ingin mengajak bapak jalan-jalan di negara saya, negara yang untuk biasa naik angkot butut harus berebutan, angkot yang rangkanya saja sudah tidak lagi diminati tukang loak. Tapi seru pak, di sana kita bisa dapat hiburan musik gratis.
Nanti kalau Bapak mau, pagi-paginya saya ajak Bapak ke pasar di negara saya, kalau saya tidak salah di negara bapak namanya mall, di sini nenek saya punya satu lapak Pak, dia menjual wedang ronde. Saya yakin di pasar Bapak pasti ga ada. Nati saya siapkan juga sandal jepit buat bapak karena saya takut sepatu Bapak yang mengkilap nanti rusak. Soalnya sudah sejak Pak Harto turun belum pernah diperbaikin lgi Pak.
O iya pak, nanti kita jalan aja dari rumah saya Pak, soalnya ga ada parkir buat mobil Bapak. Dulunya ada tapi kata kakak saya tanahnya sudah di ambil yang punya, katanya buat dibangun tempat menginap orang negara sebelah,
Siangnya nanti saya ajak bapak ke rumah kakek. Kakek dulu ikut jadi tentara melawan Belanda Pak, nanti bapak bisa tanya-tanya ke dia soal awal mula kita merdeka Pak, beliau pernah berjumpa sama soekarno, itu nama presiden pertama kami, barangkali bapak kenal. O iya Pak, dulu kakek suka merawat bunga di taman rumah, tapi enam bulan lalu halaman rumah kakek di pakai untuk katanya pelebaran jalan Pak, awalnya mau di beli yang ingin membuat jalan Pak, tapi sampai sekarang masih belum dibayar, mungkin lupa orangnnya, tapi kata kakek ga papa, kita memang harus begitu sma negara katanya.
Nanti Bapak tidur di rumah saya saja, pstinya tidak senyaman rumh Bapk, tapi saya harap Bapak mau, Sorenya kita berenang di sungai belakang rumah saya Pak, dulu sebenarnya saya ga pernah mandi di sini, tapi kata ibu, sayang harga air mahal mending di tabung untuk naik haji, he, padahal uangnya selalu habis buat beli lauk sehari. Tapi harus hati-hati Pak, soalnya airnya ga terlalu bersih, saya takut di negara bapak ga biasa begini, kata kakak saya ini gara-garanya hutan di bukit atas itu di tebang buat di bangun rumah oaring negara sebelah.
Pak, semoga bapak benar-benar bisa ikut jalan-jalan bersama saya, untuk semuq yang saya janjikan tadi bapak tidak usah membayar apa-apa. Saya cuma mau minta satu Pak, nanti selepas kita jalan-jalan bapak cukup jawab pertanyaa saya tadi, “apa benar kita satu negara Pak?” jawab yang jujur Pak. Itu saja..
Terima kasih,
Lihat tanganmu, kosong, kau janjikan pelukan, selalu pelukan, sedangkan kami rumput, cukup kau pakai jarimu, akan lebih banyak kami yang kau sentuh.
Yogykarta 16.02.2011
Pak, barangkali di sana terlalu silau jadi bapak tidak bisa melihat yang di sini,
cukup jari pak, pliss jangan janjikan peluk lagi.

ini juga untuk kamu yang cukup, lihat mereka yang kurang.
mereka ada!.

Labels:

Saturday, February 12, 2011

guna

Tentang cinta siapa yang ragu..
Tentang ketulusan siapa yang benar-benar paham..
Tak ada manusia yang benar-benar mampu membaca hati..



Di halam tengah kontrakanku, tumbuh sebatang pohon kersen. Entak sejak kapan, yang pasti sejak pertama kali memenpati rumah ini tinginya sudah lebih dari tiga kali tinggiku. Daunnya membuat teduh halaman rumah. Dan hari ini dia ajarkan lebih dari sekedar meneduhkan. ini tentang salah satu daun si pohon kersen itu.
Ternyata ada yang berbeda pada daun di pohon kersen itu. Sore itu saya baru tahu. Di antara daun-daun tersebut terdapat selembar daun yang sangat besar dan kuat. Daun itu diagungkan karena kekuatannya. Dialah yang dianggap pelindung oleh daun-daun lainnya. dia punya 'sesuatu' yang membuatnya lebih dari sekedar daun kersen biasa.

Namun seiring usia daun yang kian tua, daun besar itu mulai mengering. Beberapa badan daun itu mulai sobek-sobek, entak karena dimakan ulat atau memang kuasa alam. Oleh karena itu keberadaannya mulai diabaikan oleh daun lainnya. mata mereka tak lagi memandang segan pada yang dulu mereka banggakan.
Tak lama kemudian, daun besar itupun tak kuat lagi bergelayut di ranting. Ia jatuh dan melebur dalam tanah. Ketiadaannyapun tidak begitu menjadi perhatian bagi daun lainnya. Seperti tak pernah ada, seperti tak pernah melindungi. Entah mereka benar-benar lupa atau memang begitulah tabiat daun normalnya. tuhan yang tahu.

Musim kemaraupun datang, daun daun di pohon kersen itu mulai layu dan kehausan. Mereka seperti kehilangan harapan untuk hidup. Di saat dia putus asa , tiba-tiba terasa ada air dari dalam tanah. Dia heran, kenapa biasa?

selepas lama mencari mereka melihat dan menyadari bahwa daun besar dulu itu sudah membusuk dan mengahsilkan air berhumus. Akhirnya dengan air dan sari makanan itu mereka bisa bertahan dan menjemput lagi musim hujan.
ceritanya usai. semoga tidak maknanya.


"The best way to find yourself is to lose yourself in the services of others"
Yogyakarta. di teduhnya pohon kersen
0211.2011
hidup adalah pencapaian!
buatlah harapan untuk hidup di depan,
agar diri tidak bergayut pada cerita masa lalu :)

Labels: