Saturday, April 10, 2010

gelapnya bersinar

Apa gunanya aku beretika bila semuanya selesai di dunia.
Apa gunanya aku diajari moral bila kisah ini habis setelah mati.


Sekejap semua berubah, sesaat setelah lampu dikamarku mati. Tak ada lagi pilihan warna. Hanya hitam.

Tadi aku bisa melihat lukisan dinding itu.
Sekarang tidak lagi, padahal mataku sudah menatap kearahnya.
Tadi aku bisa lihat warna putih dinding itu.
Tapi sekarang hitam, padahal aku ada diruangan yang sama.

Geram, sunyi dan takut menjadi paduan unik di hatiku.
Lalu dia bertanya. Apa sebenarnya kamu ?

Damai tentram itu yang kurasakan setelah pertanyaan itu muncul.
Padahal belum sepatah katapun aku menjawabnya.

Bersamanya otakku seakan berlari mundur. Memutar adegan-adegan masa lalu. Semuanya... cita-citaku, janji-janjiku, dosa-dosaku aku pikir ini seperti resume dari kisah 20 tahunku. Aneh tapi aku merasakannya jelas.

Inilah aku. Aku baru sadar aku tersenyum saat lampu dikamar itu hidup lagi.
Lukisan itu tetap ditempatnya, sama. begitu pula cat putih dinding kamarku, hitamnya lenyap.

cahaya

cahayaNya tak putus walau dalam gelap

Ma likiyau middin..
Iyya kana’budu wa iyya kanas ta’in..
Ihdinashira thalmustaqim..


Aku fikir sudah semua yang kuingat. Ternyata salah.
10 menit tak berarti banyak dalam kisah 20 tahunku.
Tapi malaikatNya mencatat semua. Tak luput satupun. Sekecil apapun.
Dan semua dihisab disaatnya.


Apa gunanya aku beriman jika semua selesai di dunia.


kamar kontrakan. 01.04.2010
yogyakarta. sesaat setelah lampu dikamarku mati

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home